Tradisi Grebek Pancasila, Perayaan Tahunan Sarat Nilai Persatuan di Blitar

Tradisi Grebek Pancasila – Pancasila tidak hanya berkedudukan sebagai dasar negara saja, tapi juga sebagai budaya bangsa yang harus dijalankan sehingga senantiasa lestari. Ya, sebenarnya Pancasila merupakan rangkuman nilai-nilai budaya bangsa sebelum akhirnya sah dijadikan dasar Negara. Nilai-nilai itu antara lain nilai adat istiadat, agama, dan kebudayaan.

Pancasila adalah kebudayaan bangsa yang sangat berharga. Karena itu, hari kelahirannya (setiap 1 Juni) kerap menjadi perayaan yang sarat makna. Salah satu perayaan peringatan hari Pancasila yang selalu menjadi ajang tahunan adalah acara Grebeg Pancasila di Blitar.

Tradisi Grebek Pancasila, Perayaan Tahunan Sarat Nilai Persatuan di Blitar

Grebeg Pancasila biasanya dimulai sejak tanggal 31 Mei dengan rangkaian acara seperti Bedhol Pusaka, Tirakatan, dan ditutup dengan Upacara Budaya. Kemudian pada tanggal 1 Juni pagi, acara dilanjutkan dengan Kirab Gunungan Lima dan Kenduri Pancasila.

Namun, rundown acara bisa berubah tiap tahunnya, tergantung kondisi. Seperti tahun kemarin dan tahun ini, di mana hari Pancasila bertepatan dengan bulan suci Ramadan, sehingga dilaksanakan lebih awal. Prosesi Bedhol Pusaka dilakukan dari tanggal 31 Mei sore, dan kegiatan Kirab Gunung Lima diadakan pada malam harinya hingga dini hari.

Bedhol Pusaka

Bedhol Pusaka adalah salah satu bagian dari Tradisi Grebek Pancasila dengan prosesi yang dilakukan untuk memindahkan benda-benda pusaka bersejarah dari rumah dinas Wali Kota Blitar di Jl. Sudanco Supriyadi ke kantor Pemerintah Kota (Pemkot) Blitar. Acara ini merupakan peristiwa penting dalam rangka melestarikan dan menghormati warisan sejarah, khususnya yang berkaitan dengan Presiden pertama Republik Indonesia, Bung Karno.

Pusaka yang dipindahkan dalam prosesi ini meliputi beberapa benda bersejarah yang sangat penting, seperti:

  1. Teks Pancasila – Dokumen yang berisi dasar negara Republik Indonesia yang dicetuskan oleh Bung Karno pada 1 Juni 1945.
  2. Teks Pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945 – Naskah pidato yang dikenal sebagai “Pidato Pancasila” yang menjadi tonggak sejarah lahirnya Pancasila sebagai dasar negara.
  3. Bendera Merah Putih – Bendera nasional Republik Indonesia yang melambangkan semangat persatuan dan perjuangan dalam mencapai kemerdekaan.

Selain ketiga pusaka tersebut, prosesi Bedhol Pusaka juga melibatkan pengarakan ukiran kayu burung Garuda, lambang negara Indonesia, dan foto Bung Karno sebagai bentuk penghormatan kepada perjuangannya dalam memerdekakan bangsa Indonesia. Semua benda pusaka ini dimasukkan ke dalam peti khusus sebagai simbol perlindungan dan penghargaan.

Prosesi Bedhol Pusaka ini menunjukkan komitmen pemerintah dan masyarakat Blitar dalam menjaga dan merawat warisan sejarah yang ditinggalkan oleh Bung Karno. Pemindahan pusaka ke kantor Pemkot Blitar diharapkan dapat menjadi sarana edukasi dan menginspirasi generasi muda untuk mengenal lebih dekat sejarah dan perjuangan bangsa Indonesia.

Baca Juga :

Tirakatan merupakan sebuah kegiatan budaya dan spiritual yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan dan mengingat kembali sejarah Pancasila. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada malam hari dengan berkumpul di tempat yang telah ditentukan, seperti balai kota Koesoma Wicitra Blitar.

Dalam acara tirakatan, warga akan melaksanakan beberapa rangkaian kegiatan, seperti:

  1. Doa bersama – Warga akan melaksanakan doa bersama untuk mengheningkan cipta dan memohon perlindungan serta berkat dari Tuhan Yang Maha Esa bagi bangsa Indonesia.
  2. Pembacaan teks Pancasila – Sebagai bagian dari mengenang jasa-jasa para pahlawan dan mengingat sejarah Pancasila, teks Pancasila akan dibacakan oleh salah satu peserta tirakatan.
  3. Pengajian – Acara tirakatan juga melibatkan pengajian atau ceramah agama yang membahas tentang nilai-nilai luhur Pancasila dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Nyanyian lagu kebangsaan – Untuk memupuk rasa cinta tanah air dan semangat persatuan, peserta tirakatan akan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
  5. Tausiyah – Tausiyah merupakan ceramah keagamaan yang disampaikan oleh tokoh agama untuk memberikan motivasi, nasihat, dan mengingatkan kembali pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan di tengah perbedaan suku, agama, dan budaya.

Tujuan utama dari kegiatan tirakatan adalah untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan di tengah perbedaan suku bangsa, serta mengingat kembali jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Selain itu, tirakatan juga menjadi ajang silaturahmi antar warga dan pembinaan mental spiritual bagi masyarakat.

Dengan melaksanakan tirakatan, diharapkan masyarakat akan semakin memahami dan menghargai nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai dasar negara, serta menjadikannya sebagai landasan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Kirab Gunungan Lima

Kirab Gunungan Lima merupakan sebuah prosesi tradisional bagian dari Tradisi Grebek Pancasila yang dilaksanakan dalam rangka menghormati dan mengenang jasa-jasa Bung Karno, Presiden pertama Republik Indonesia. Prosesi ini melambangkan lima sila dalam Pancasila, yang merupakan dasar negara Indonesia.

Dalam prosesi Kirab Gunungan Lima, tumpeng atau gunungan yang berisi buah-buahan dan hasil bumi diarak keliling kota, dimulai dari alun-alun kota dan berakhir di kawasan Makam Bung Karno. Tumpeng tersebut telah didoakan terlebih dahulu oleh orang sepuh atau tokoh adat setempat sebagai simbol penghormatan dan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mengenang perjuangan Bung Karno dalam memerdekakan bangsa Indonesia.

Saat arak-arakan tiba di makam Bung Karno, warga yang menyaksikan prosesi ini akan menyerbu gunungan raksasa tersebut untuk mengambil buah-buahan dan hasil bumi yang ada di dalamnya. Masyarakat percaya bahwa makanan-makanan tersebut dapat membawa berkah dan keberuntungan bagi mereka yang mengambilnya.

Prosesi Kirab Gunungan Lima tidak hanya menjadi perayaan budaya yang menghormati Bung Karno, tetapi juga menjadi sarana untuk mengajarkan nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat, serta mengingatkan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kirab Gunungan Lima juga menjadi ajang silaturahmi antar warga dan menggugah semangat kebersamaan serta gotong royong dalam masyarakat.

Dengan melaksanakan Kirab Gunungan Lima, diharapkan masyarakat akan semakin menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, serta menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Kenduri Pancasila

Kenduri Pancasila merupakan acara tradisional bagian dari rangkaian Tradisi Grebek Pancasila yang dilaksanakan oleh masyarakat Kota Blitar dalam rangka memperingati hari lahir Pancasila setiap tanggal 1 Juni. Kenduri Pancasila adalah bentuk ruwatan atau pembersihan diri dan lingkungan yang dilakukan untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa Bung Karno, sang pencetus lahirnya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

Dalam acara Kenduri Pancasila, masyarakat akan melaksanakan beberapa rangkaian kegiatan, seperti:

  • Doa bersama – Warga akan melaksanakan doa bersama untuk mengheningkan cipta dan memohon perlindungan serta berkat dari Tuhan Yang Maha Esa bagi bangsa Indonesia dan Bung Karno.
  • Selawat – Masyarakat akan melantunkan selawat atau pujian kepada Nabi Muhammad SAW sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada sang Nabi dan juga Bung Karno.
  • Kenduri – Kenduri adalah acara makan bersama yang dilakukan oleh masyarakat. Dalam kenduri ini, warga akan menyajikan berbagai jenis makanan dan minuman untuk dibagikan kepada semua peserta kenduri. Tujuannya adalah untuk mengajak seluruh warga merasakan kebersamaan dan kekeluargaan dalam memperingati hari lahir Pancasila.

Tausiyah – Tausiyah merupakan ceramah keagamaan yang disampaikan oleh tokoh agama untuk memberikan motivasi, nasihat, dan mengingatkan kembali pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan di tengah perbedaan suku, agama, dan budaya. Tausiyah juga membahas tentang nilai-nilai luhur Pancasila dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui Kenduri Pancasila, masyarakat Kota Blitar tidak hanya menghormati dan mengenang jasa-jasa Bung Karno, tetapi juga memupuk persatuan dan kesatuan di tengah perbedaan yang ada. Acara ini juga menjadi ajang silaturahmi antar warga dan mengingatkan pentingnya menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara.

Dengan melaksanakan Kenduri Pancasila, diharapkan masyarakat akan semakin menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, serta menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Penutup

Sebagai tanah kelahiran Sang Proklamator, Blitar menjadi kota yang sangat sering menggelar berbagai acara untuk mengenang jasa Bung Karno, terutama setiap bulan Juni. Bagi masyarakat Blitar Bulan Juni dikenal sebagai Bulan Bung Karno, karena pada bulan tersebutlah presiden pertama Indonesia ini lahir dan wafat. Juni juga ditetapkan sebagai hari kelahiran pancasila yang dirumuskan oleh Bung Karno.