Potensi Serat Pisang untuk Industri Tekstil – Di tengah semarak modernitas era industri tekstil yang mengolah campuran material sintesis atau kimiawi, ada sejumlah tangan kreatif di bidang fashion yang memalingkan perhatian dan lebih memilih kembali ke alam. Dalam sejumlah pameran bidang industri kreatif khususnya fashion, maka perhatian kepada kain-kain atau busana yang diolah dari bahan-bahan alami – baik proses pewarnaan maupun material bahan yang digunakan, mendapat antusiasme cukup menonjol.
Perancang muda Rosso asal Yogyakarta misalnya, melalui sejumlah pameran industri kreatif ia memamerkan koleksi kain tenun berbahan serat pisang. Sebagai perancang yang lama bergulat dengan warna alam, Rosso kali ini mengolah serat pisang menjadi material baru yang memiliki keunggulan dan keunikan. Bahkan, papar Rosso, kain tenun serat alam pisang bisa menjadi trend di masa mendatang. Terlebih lagi, dewasa ini perputaran dunia mode selalu menginginkan sesuatu hal baru yang ramah lingkungan dan fashionable.
Ditilik dari keistimewaan karakternya, serat pisang merupakan bahan alternatif di tengah maraknya penggunaan bahan sintesis untuk pakaian. Selain tidak mencermari lingkungan, serat pisang juga gampang ditemui, sekaligus menghasilkan benang yang berkilau dan kelenturannya setara dengan sutra. Foto:

Pelepah Pisang Setelah Panen
Semua jenis pisang memiliki filamen – semacam serat, yang bisa diambil seratnya melalui teknologi sederhana, kemudian ditenun menjadi bahan kain atau tekstil. Rosso menggunakan pelepah pisang bagian paling luar, karena filamennya bersifat kuat, agak kaku namun lentur, serta paling mudah diproses dengan treatment dan teknologi yang tidak terlalu rumit. Rosso memilih pelepah batang pisang yang sudah dipanen, karena filamennya sudah terbentuk secara maksimal untuk diolah. Dari batang atau pelepah pisang kemudian dipisahkan antara filamen dan air. Baru setelah itu dilakukan proses penenunan. Satu pohon pisang yang tumbuh di Indonesia, rata-rata bisa menghasilkan sekitar 55 kilogram benang. Setiap kilogram benang dari filamen pisang menghasilkan hingga lima batang pohon pisang di seluruh nusantara untuk diolah menjadi bahan kain.
Proses pengerjaan dari serat menjadi busana juga terbilang mudah. Tidak seperti bahan alam lain yang membutuhkan waktu panjang, serat pisang butuh waktu pengolahan hanya sekitar tiga hingga lima hari saja. Tak sampai disitu, kain dari serat pisang ini dipadukan lagi dengan bahan sutra atau katun untuk mempercantik kreasi. Ketika disentuh langsung, kain dari serat pisang ini memang berbeda dari tenun lain. Jauh lebih halus, tidak begitu tebal dan mudah diaplikasikan.
Kelebihan dari serat pisang selain warnanya mengilat, kilaunya pun tidak kalah dengan sutera. Sifat filamen pisang yang kuat namun lentur mampu menciptakan suatu volume pada tekstil ketika dipakai untuk gaun, sehingga berbeda dengan gaun-gaun yang menggunakan kain biasa yang sudah ada.
Bertekstur Kuat & Berserat Dingin

Dengan proses penyeratan dan memilin satu persatu benang pelepah pisang ini, Rosso menenunnya bersama benang katun. Hasilnya tenun pisang ini tak saja unik namun juga memiliki tingkat keuletan yang tinggi. Seperti kain katun dan sutra lain, tenun serat pisang ini ternyata memiliki keunikan saat diwarnai dengan warna alam dan dibatik dengan teknik jumputan. Ternyata hasilnya tak kalah dengan bahan lainnya.
Berawal dari melihat sampah batang pisang Rosso terinspirasi untuk membuat kain dari serat batang pisang. Setelah melalui serangkaian uji coba, akhirnya Rosso berhasil membuat rancangan busana dari serat pisang. Dari kekuatan benangnya, kain dari serat pisang mempunyai nilai yang bagus. Di sini bisa dimaksimalkan menjadi baju-baju yang bersifat gala. Foto: Jogjacreative.wordpress.com
Dengan kekayaan alam dan keanekaragaman filamen benang dari serat pisang, maka tentu Indonesia sangat berpotensi bisa mengembangkan dari hulu ke hilir serat pisang menjadi produk tekstil dan fashion.
Rosso mengungkapkan setelah dicoba melalui proses tenun, ke depan produk ini bisa menjadi industri rumah tangga yang sangat bagus untuk kalangan masyarakat luas. Keberadaan tekstil serat pisang sebenarnya sudah ada sejak zaman dulu, namun belum menarik banyak kalangan – khususnya di industri kreatif tekstil dan fashion, untuk pengembangan lebih luas.
Material yang melimpah menjadi harapan akan keberlanjutan industri serat pohon pisang. Didukung iklim tropis Indonesia memastikan suburnya pertumbuhan pohon pisang. Kerajinan tenun serat pisang yang dihasilkan Rosso merupakan sebuah terobosan baru yang kreatif dan inovatif dalam bidang busana. Semua itu membuktikan bahwa sesungguhnya negeri kita kaya dengan sumber daya dan materi alam yang siap diolah.