Prosesi Siraman Adat Sunda

Prosesi Siraman Adat Sunda – Membahas mengenai adat dan budaya Indonesia, tak akan pernah ada habisnya. Dalam tradisi Jawa, prosesi membersihkan diri dengan “memandikan” calon pengantin menjelang pernikahan disebut sebagai “siraman.”  Sementara di tanah Sunda, ritual simbolis yang bermakna menyucikan calon pengantin sebelum akad nikah ini disebut prosesi “ngebakan.”

Prosesi Siraman Adat Sunda

Prosesi ngebakan umumnya digelar seminggu atau tiga hari menjelang hari peresmian pernikahan. Baik calon pengantin wanita maupun pria, semuanya melalui prosesi ini secara terpisah di kediaman masing-masing. Bagi calon pengantin beragama muslim, terlebih dahulu akan digelar pengajian dan pembacaan doa khusus.

Ngecagkeun Aisan

Proses Ngecagkeun Aisan merupakan tahap awal dalam siraman adat Sunda. Pada tahap ini, para tetua adat akan membacakan doa untuk meminta restu dan perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Doa ini juga bertujuan agar prosesi siraman berjalan dengan lancar dan penuh keberkahan.

Setelah doa selesai dibacakan, barulah prosesi siraman akan dimulai. Seluruh undangan yang hadir akan menyaksikan prosesi ini dengan penuh khidmat dan hormat. Para undangan juga dianjurkan untuk berdoa bagi kebahagiaan kedua mempelai.

Proses Ngecagkeun Aisan juga merupakan simbol dari kebersamaan dan kekompakan keluarga serta kerabat yang mengikuti prosesi ini. Mereka akan saling membantu dan bekerjasama dalam melaksanakan prosesi siraman adat Sunda ini.

Ngaras

Setelah proses Ngecagkeun Aisan selesai, tahap selanjutnya adalah Ngaras. Ngaras merupakan prosesi inti dalam siraman adat Sunda, yaitu penyiraman air kepada mempelai. Air yang digunakan dalam prosesi ini diambil dari tujuh sumber air yang berbeda, sebagai simbol ketujuh sifat manusia yang harus disucikan.

Air yang digunakan dalam prosesi Ngaras ini diberkahi terlebih dahulu oleh para tetua adat dengan cara mengaduknya menggunakan bunga seruni. Bunga seruni dipercaya sebagai simbol kesucian dan keberkahan. Setelah itu, air tersebut disiramkan kepada mempelai dengan cara yang unik dan penuh makna.

Mempelai akan duduk di atas bangku yang disediakan khusus, sambil menghadap ke arah timur. Arah timur dipilih karena dianggap sebagai sumber kehidupan dan kesucian. Penyiraman air dilakukan oleh orang tua kedua mempelai dan para tetua adat secara bergantian. Mereka akan menyiramkan air tersebut ke kepala, wajah, tangan, dan kaki mempelai sebagai simbol pembersihan diri sebelum melangkah ke jenjang pernikahan.

Baca Juga :

Pencampuran Air Siraman

Sebelum proses Ngaras dimulai, para tetua adat akan mencampurkan air dari tujuh sumber yang berbeda. Proses pencampuran ini disebut dengan Pencampuran Air Siraman. Air yang digunakan dalam prosesi ini diambil dari tujuh sumber yang berbeda, seperti sungai, air hujan, mata air, dan lain-lain.

Tujuh sumber air tersebut dipilih untuk mewakili ketujuh sifat manusia yang harus disucikan dalam prosesi siraman, seperti nafsu, kemarahan, kebencian, iri hati, sombong, malas, dan tamak. Proses pencampuran air ini dilakukan oleh para tetua adat dengan penuh khidmat dan penuh doa agar prosesi siraman berjalan dengan lancar dan penuh keberkahan.

Setelah air siraman selesai dicampur, air tersebut akan diberkahi oleh para tetua adat dengan cara mengaduknya menggunakan bunga seruni. Bunga seruni dipercaya sebagai simbol kesucian dan keberkahan. Setelah itu, barulah air tersebut siap digunakan dalam prosesi Ngaras.

Ngebakan

Peralatan-Ngabekan

Selanjutnya, ada prosesi Ngebakan dalam siraman adat Sunda. Ngebakan merupakan prosesi membakar rerajahan yang telah dituliskan oleh para tetua adat. Rerajahan ini berisi doa-doa dan mantra-mantra yang dipercaya dapat mengusir roh-roh negatif yang mengganggu kedua mempelai.

Proses pembakaran rerajahan ini dilakukan dengan penuh khidmat dan diiringi doa-doa. Setelah rerajahan selesai dibakar, abunya akan ditaburkan di sekitar tempat siraman sebagai simbol pengusiran roh-roh negatif dan perlindungan bagi kedua mempelai.

Proses Ngebakan ini menjadi penting sebagai bentuk perlindungan dan penyucian bagi kedua mempelai sebelum melangkah ke jenjang pernikahan. Diharapkan dengan adanya Ngebakan, kedua mempelai akan terbebas dari pengaruh roh-roh negatif yang mengganggu.

Potong Rambut

Setelah prosesi Ngaras selesai,tahap selanjutnya dalam siraman adat Sunda adalah potong rambut. Pada tahap ini, mempelai akan dipotong rambutnya oleh orang tua mereka. Proses ini dilakukan sebagai simbol pemotongan segala ikatan duniawi dan pengakuan kedewasaan kedua mempelai.

Pemotongan rambut ini tidak dilakukan secara sembarangan, melainkan dengan penuh makna dan simbolis. Orang tua mempelai akan memotong rambut anaknya sambil membaca doa dan harapan agar anaknya menjadi pribadi yang lebih baik dan bahagia dalam menjalani kehidupan rumah tangga.

Setelah rambut mempelai selesai dipotong, rambut tersebut akan disimpan dalam sebuah tempat khusus sebagai kenang-kenangan dari prosesi siraman adat Sunda ini. Rambut tersebut nantinya akan disimpan dan dijaga dengan baik oleh keluarga mempelai sebagai simbol kebahagiaan dan keberkahan dalam pernikahan mereka.

Baca Juga :

Rebutan Parawanten

Rebutan Parawanten merupakan salah satu rangkaian acara dalam siraman adat Sunda yang penuh dengan keceriaan dan keakraban. Pada tahap ini, para wanita yang hadir dalam acara akan berebut parawanten atau perhiasan yang digunakan oleh mempelai wanita.

Perhiasan ini dibuang oleh mempelai wanita ke arah para wanita yang hadir dalam acara. Dalam adat Sunda, perhiasan yang berhasil direbut oleh seseorang dipercaya akan membawa keberuntungan dan kebahagiaan bagi pemiliknya, terutama dalam hal pernikahan.

Rebutan Parawanten ini menjadi salah satu rangkaian acara yang paling ditunggu-tunggu oleh para wanita yang hadir dalam siraman adat Sunda. Selain menyenangkan, acara ini juga menjadi ajang silaturahmi dan keakraban antara para tamu undangan.

Suapan Terakhir

Prosesi suapan terakhir adalah salah satu rangkaian terakhir dalam siraman adat Sunda. Pada tahap ini, mempelai akan diberi suapan makanan oleh orang tua mereka untuk terakhir kalinya sebelum resmi menjadi suami istri. Suapan ini menjadi simbolisasi perpisahan mempelai dari keluarga inti dan pengakuan bahwa mereka akan memulai kehidupan baru sebagai pasangan suami istri.

Makanan yang diberikan kepada mempelai biasanya berupa nasi, lauk-pauk, dan buah. Suapan ini dilakukan dengan penuh kasih sayang dan doa agar mempelai selalu bahagia dan sejahtera dalam menjalani kehidupan rumah tangga.

Setelah prosesi suapan terakhir, kedua mempelai akan memohon restu dan berpamitan kepada keluarga inti sebelum melanjutkan ke prosesi pernikahan selanjutnya. Prosesi ini menjadi sangat emosional dan menyentuh, mengingat akan adanya perpisahan sementara antara mempelai dan keluarga inti mereka.

Tanah Rambut

Proses Tanah Rambut merupakan salah satu rangkaian terakhir dalam siraman adat Sunda. Pada tahap ini, rambut yang telah dipotong dari kedua mempelai akan ditanam di tanah sebagai simbol kesuburan dan kelangsungan hidup. Tanah yang digunakan biasanya diambil dari halaman rumah kedua mempelai.

Proses ini dilakukan dengan penuh khidmat oleh para tetua adat dan diiringi doa-doa agar kedua mempelai diberikan keberkahan dalam kehidupan rumah tangga mereka, termasuk dianugerahi keturunan yang baik dan berbakti kepada orang tua dan masyarakat.

Setelah prosesi Tanah Rambut selesai, barulah siraman adat Sunda dianggap selesai dan kedua mempelai siap melanjutkan ke prosesi pernikahan selanjutnya. Seluruh rangkaian acara dalam siraman adat Sunda ini menjadi bukti betapa kaya dan bermakna adat dan budaya Indonesia, khususnya di Tanah Pasundan.

Kesimpulan

Prosesi Siraman Adat Sunda merupakan salah satu rangkaian dalam pernikahan adat Sunda yang sangat penting dan penuh makna. Prosesi ini melibatkan berbagai tahapan, seperti Ngecagkeun Aisan, Ngaras, Pencampuran Air Siraman, Ngebakan, Potong Rambut, Rebutan Parawanten, Suapan Terakhir, dan Tanah Rambut. Setiap tahapan memiliki makna dan simbol tersendiri, yang mencerminkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan masyarakat Sunda.

Dalam Prosesi Siraman Adat Sunda, perlu adanya persiapan yang matang dan kerjasama dari seluruh keluarga serta kerabat yang terlibat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga kelestarian adat dan budaya, terutama di tengah perkembangan zaman yang serba cepat. Semoga dengan mengetahui lebih dalam Prosesi Siraman Adat Sunda, kita semakin menghargai dan menjaga warisan budaya Indonesia yang begitu kaya dan bermakna ini.